Paris (AFP) – Penularan virus corona dari cerpelai ke manusia tidak selalu berarti penyakit itu akan menjadi lebih berbahaya, tetapi para ilmuwan waspada setelah pengumuman mengejutkan dari Denmark.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan pada hari Rabu (4 November) bahwa negara itu akan membunuh lebih dari 15 juta cerpelai dan bahwa varian virus Sars-Cov-2 yang telah ditularkan dari hewan ke 12 orang dapat berdampak pada efektivitas vaksin.
Media global bereaksi dengan terkejut, terutama mengingat tingginya tingkat ketakutan yang disebabkan oleh epidemi Covid-19 yang telah merenggut lebih dari 1,2 juta jiwa dalam waktu kurang dari setahun.
Namun, para spesialis tidak yakin bahwa bahayanya jauh lebih besar dan sedang menunggu lebih banyak bukti.
“Saya benar-benar berharap bahwa tren sains dengan siaran pers akan berhenti,” komentar Dr Angela Rasmussen, seorang ahli virus di Universitas Columbia di New York.
“Tidak ada alasan mengapa data genom tidak dapat dibagikan, yang akan memungkinkan komunitas ilmiah untuk mengevaluasi klaim ini,” tambahnya di Twitter.
Virus seperti yang muncul di China akhir tahun lalu bermutasi terus-menerus dan varian baru belum tentu lebih buruk dari yang sebelumnya.
Sejauh ini, tidak ada penelitian yang menunjukkan varian Sars-Cov-2 yang lebih baru lebih menular atau berbahaya daripada pendahulunya.
Kontaminasi cerpelai juga bukan hal baru, dengan peternak di beberapa negara, termasuk Belanda, Spanyol, Swedia dan Amerika Serikat melaporkan kasus.
Beberapa kasus manusia yang terinfeksi oleh cerpelai juga telah dilaporkan.
Denmark telah secara spesifik menggambarkan bagaimana strain virus yang berbeda melompat dari cerpelai ke manusia.