Malaysia meloloskan RUU untuk melarang anggota parlemen yang melompati partai dalam upaya menstabilkan pemerintah

KUALA LUMPUR – Anggota parlemen Malaysia pada hari Kamis (28 Juli) dengan suara bulat meloloskan RUU penting untuk mengekang lompatan partai, lebih dari dua tahun setelah pembelotan meruntuhkan pemerintah federal Pakatan Harapan (PH) dan memicu periode ketidakstabilan politik.

Semua 209 anggota parlemen yang hadir di Parlemen memberikan suara mendukung RUU yang memperkenalkan beberapa amandemen Konstitusi, yang akan memicu pemilihan ulang atau pemilihan sela setiap kali seorang anggota parlemen berhenti atau beralih partai politik.

Anggota parlemen yang terpilih sebagai independen juga akan kehilangan kursi mereka jika mereka secara resmi bergabung dengan partai mana pun di bawah undang-undang baru.

Secara kolektif dikenal sebagai Undang-Undang Anti-Hopping (AHL), aturan konstitusional baru sekarang diharapkan akan disahkan oleh Senat. Mereka dapat dikukuhkan pada awal September, menempatkan mereka berlaku sebelum Malaysia menghadapi pemilihan umum berikutnya, yang harus diadakan pada September tahun depan.

Amandemen konstitusi membutuhkan dua pertiga mayoritas untuk disahkan di Parlemen. Semua 209 anggota parlemen yang hadir memberikan suara mendukung RUU tersebut. Sebelas anggota parlemen tidak hadir dan dua kursi saat ini kosong di Parlemen yang memiliki 222 kursi.

Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob memuji anggota parlemen karena dengan suara bulat memilih RUU tersebut. “Undang-undang ini untuk memastikan stabilitas politik yang berkelanjutan dan langgeng,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Pengesahan RUU itu datang hanya beberapa hari sebelum klausul kunci dalam perjanjian kepercayaan-dan-pasokan (CSA) antara pemerintah Datuk Seri Ismail dan blok oposisi PH berakhir pada hari Minggu.

AHL adalah syarat utama dari kesepakatan itu, di mana PH setuju untuk mendukung undang-undang utama dan memasok RUU untuk menopang pemerintah mayoritas satu digit Ismail.

Sebuah klausul kunci dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa Ismail tidak dapat membubarkan Parlemen sebelum 31 Juli. Tetapi kedua belah pihak mengatakan bahwa berakhirnya klausul tidak selalu berarti pembubaran segera, karena CSA sendiri tidak memiliki tanggal kedaluwarsa.

Perdana Menteri mengatakan pada hari Rabu bahwa reformasi dan undang-undang yang lebih penting masih harus dilakukan di bawah CSA, dan pekerjaan itu terus berlanjut meskipun tidak ada perpanjangan formal jangka waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Cute Blog by Crimson Themes.