Beijing (ANTARA) – Politisi Jepang bersikap provokatif dan menipu diri sendiri tentang sengketa wilayah, kata Kementerian Luar Negeri China pada Senin, sehari setelah perdana menteri Jepang mengatakan siap untuk lebih tegas terhadap China.
Hubungan Tiongkok-Jepang telah dibayangi selama bertahun-tahun oleh apa yang dikatakan China sebagai penolakan Jepang untuk mengakui kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang di China antara tahun 1931 dan 1945. Tetapi hubungan telah semakin tegang selama berbulan-bulan karena perselisihan atas pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang dan Diaoyu di Cina.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan kepada pasukannya pada hari Minggu bahwa Jepang tidak akan mentolerir penggunaan kekuatan untuk mengubah status quo kawasan itu, sebuah ungkapan yang digunakan oleh politisi dan pakar keamanan Jepang untuk merujuk pada apa yang mereka lihat sebagai ekspansi maritim agresif China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, ditanya tentang komentar Abe, mengatakan para pemimpin Jepang telah berulang kali membuat pernyataan “provokatif”. “Ini sekali lagi menunjukkan bahwa politisi Jepang menipu diri mereka sendiri dengan kesombongan dan hati nurani mereka yang bersalah,” katanya dalam jumpa pers harian.
Hubungan antara dua ekonomi terbesar Asia memburuk tajam setelah Jepang membeli tiga pulau Laut China Timur yang disengketakan dari pemilik pribadi pada September tahun lalu, memicu protes dan boikot barang-barang Jepang di seluruh China.
Hua mengatakan Jepang harus disalahkan karena mengganggu status quo atas pulau-pulau itu.
“Tindakan sepihak Jepang di kepulauan Diaoyu sejak awal telah ilegal dan batal. China tidak akan pernah menerimanya dan dengan tegas akan menentangnya. Semua orang dapat melihat bahwa Jepanglah yang telah melanggar status quo di kepulauan Diaoyu,” katanya.
Kapal patroli dari kedua negara telah saling membayangi di dekat pulau-pulau kecil, menimbulkan kekhawatiran bahwa tabrakan yang tidak disengaja atau insiden yang tidak diinginkan lainnya dapat berkembang menjadi bentrokan.